
Kemasan obat yang dijual di Indonesia memiliki tanda lingkaran atau bulatan dengan warna atau simbol tertentu. Logo lingkaran pada kemasan obat tersebut menunjukkan identifikasi jenis golongan obat.
Pembeli harus memperhatikan tanda logo lingkaran pada label kemasan obat supaya tidak sembarangan mengonsumsi obat yang dapat berakibat fatal. Terdapat 7 golongan obat yang memiliki tanda pada kemasannya, yaitu, obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, obat narkotika, jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
Mari kenali ketujuh tanda lingkaran pada kemasan obat berikut ini.
Lingkaran Hijau dengan Garis Tepi Hitam: Obat Bebas

Tanda lingkaran hijau dengan garis tepi hitam menandakan golongan obat bebas.
Obat bebas merupakan obat yang dapat dijual bebas di pasaran dan tidak memerlukan resep dokter untuk membelinya.
Contoh
Contoh obat bebas adalah parasetamol, Cooling 5 biru dan merah, minyak kayu putih, Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), vitamin C, vitamin B kompleks, obat maag Promag dan Mylanta.
Lingkaran Biru dengan Garis Tepi Hitam: Obat Bebas Terbatas

Tanda lingkaran biru dengan garis tepi hitam menandakan golongan obat bebas terbatas.
Obat bebas terbatas merupakan obat bebas dengan tanda peringatan yang sebenarnya termasuk golongan obat keras namun masih dapat diperjualbelikan tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas disebut juga sebagai obat daftar W (Waarschuwing).
Tanda Peringatan dan Contoh Obat
Kemasan obat bebas terbatas harus selalu menyertakan tanda peringatan berbentuk persegi panjang berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm yang berisi tulisan pemberitahuan berwarna putih.

Ada enam macam tanda peringatan untuk obat bebas terbatas, yaitu:
- P No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh: CTM, Dulcolax tablet, Neo Napacin, dan Decolgen.
- P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: obat kumur antiseptik Betadine Mouthwash and Gargle.
- P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Caladine Lotion.
- P No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: obat asma berbentuk rokok (sudah tidak ada).
- P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax Suppositoria.
- P No. 6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Superhoid Suppositoria.
Simbol Huruf K Hitam dalam Lingkaran Merah dengan Garis Tepi Hitam: Obat Keras dan Obat Psikotropika

Golongan obat keras dan obat psikotropika memiliki tanda yang sama, yaitu tanda lingkaran merah dengan garis tepi hitam yang memiliki huruf K berwarna hitam di tengah lingkaran dan menyentuh garis tepi.
Obat Keras
Obat keras merupakan obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter dan hanya dapat diperoleh di apotek, rumah sakit, puskesmas, atau klinik. Obat keras disebut juga sebagai obat daftar G (Gevaarlijk).
Contoh obat keras adalah Amoxicillin, Metformin, dan Allopurinol.
Obat OWA
Ada beberapa macam obat keras yang termasuk dalam kelompok OWA (Obat Wajib Apotek). Obat OWA merupakan obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter dengan sejumlah persyaratan tertentu.
Contoh obat OWA adalah ranitidin, omeprazol, linestrenol, sucralfat, asam mefenamat tablet, orsiprenalin, dan ibuprofen.
Obat Psikotropika
Obat psikotropika merupakan obat keras, baik alami maupun sintetis, bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat psikotropika dulu juga disebut dengan istilah Obat Keras Tertentu (OKT). Penyalahgunaan obat psikotropika termasuk dalam tindak kejahatan kriminal.
Berdasarkan potensi efek ketergantungan, obat psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
- Psikotropika Golongan I: menyebabkan potensi ketergantungan yang sangat kuat sehingga hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi kesehatan atau pengobatan. Contoh: Meskalin.
- Psikotropika Golongan II: menyebabkan potensi ketergantungan yang kuat. Golongan II ini dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan berkhasiat untuk pengobatan. Contoh: Amfetamin.
- Psikotropika Golongan III: menyebabkan potensi ketergantungan sedang. Golongan III dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan berkhasiat untuk pengobatan. Contoh: Amobarbital.
- Psikotropika Golongan IV: menyebabkan potensi ketergantungan ringan. Golongan IV paling banyak digunakan untuk terapi atau pengobatan dibandingkan psikotropika golongan lain karena efek ketergantungan yang ringan. Contoh: Diazepam.
Simbol Tanda Plus Merah dalam Lingkaran Putih dengan Garis Tepi Merah: Obat Narkotika

Logo tanda plus atau palang medali berwarna merah di dalam lingkaran putih dengan garis tepi merah menandakan golongan obat narkotika.
Obat narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman, sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Obat narkotika tergolong obat yang paling berbahaya sehingga penggunaannya dilakukan dengan pengawasan yang ketat. Obat ini hanya dapat diperoleh di apotek atau rumah sakit dengan resep dokter dan pihak yang mendistribusikan obat ini ke pasien harus memberikan laporan ke dinas kesehatan dan Balai POM secara berkala. Penyalahgunaan obat narkotika termasuk dalam tindak kejahatan kriminal.
Berdasarkan potensi efek ketergantungan, obat narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
- Narkotika Golongan I: mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan sehingga hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi kesehatan atau pengobatan. Contoh: ganja dan kokain.
- Narkotika Golongan II: mempunyai potensi tinggi menyebabkan ketergantungan sehingga digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Contoh: morfin.
- Narkotika Golongan III: mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Golongan III ini dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan dan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Contoh: Kodein dan Doveri untuk mengobati batuk yang parah.
Simbol Pohon Hijau dalam Lingkaran Bergaris Tepi Hijau: Jamu

Logo pohon atau ranting daun berwarna hijau di dalam lingkaran dengan garis tepi hijau menandakan golongan jamu. Simbol kelompok jamu tersebut disertai dengan tulisan "JAMU" di bagian bawah logo.
Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis dan cukup dengan pembuktian data empiris.
Contoh
Contoh jamu adalah Sidomuncul Kunyit Asam Sirih + Madu dan Sidomuncul Beras Kencur.
Simbol Tiga Bintang Hijau dalam Lingkaran Bergaris Tepi Hijau: Obat Herbal Terstandar

Logo tiga bintang atau jari-jari daun berwarna hijau di dalam lingkaran dengan garis tepi hijau menandakan golongan obat herbal terstandar (OHT). Simbol kelompok OHT tersebut disertai dengan tulisan "OBAT HERBAL TERSTANDAR" di bagian bawah logo.
Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang dibuat dengan proses produksi berteknologi maju dengan standar pembuatan obat tradisional yang aman dan higienis, menggunakan bahan baku berstandar tertentu, dan telah didukung dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinik.
Contoh
Contoh obat herbal terstandar adalah Kiranti Sehat Datang Bulan dan Lelap.
Simbol Salju Hijau dalam Lingkaran Bergaris Tepi Hijau: Fitofarmaka

Logo jari-jari daun yang membentuk bintang menyerupai salju atau kristal es berwarna hijau di dalam lingkaran dengan garis tepi hijau menandakan golongan fitofarmaka. Simbol kelompok tersebut disertai dengan tulisan "FITOFARMAKA" di bagian bawah logo.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatan, bahan baku, dan produk jadi yang terlah terstandar dan didukung dengan pembuktian ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
Contoh
Contoh fitofarmaka adalah Stimuno dan Tensigard.
Referensi:
- Badan POM. (2015). Materi Edukasi tentang Peduli Obat dan Pangan Aman.
- Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2014, April 15). Penggolongan Obat dan Cara Mendapatkannya. Diakses Februari, 2023, dari https://dkk.sukoharjokab.go.id/read/penggolongan-obat-dan-cara-mendapatkannya
- Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2007). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
- Nuryati. (2017). Farmakologi (Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK)). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
- Yati, K. (2021, October 6). Penggolongan Obat. Lecture. Diakses Februari, 2023, dari https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/498348/mod_resource/content/1/2.%20Penggolongan%20Obat.pdf